Selasa, 01 Maret 2011

KLOP

KLOP
Karya : Putu wijaya


PANGGUNG SEDANG DIPERSIAPKAN UNTUK SEBUAH PEMBUNUHAN MISTERIUS DI KAKI LIMA. DI SAMPING HALTE BUS ADA TONG SAMPAH. PARA PETUGAS MEMASUKKAN DENGAN HATI-HATI POTONGAN TUBUH MANUSIA KE DALAM TONG SAMPAH ITU DIBIMBING OLEH SUTRADARA.

LALU SEORANG AKTOR DISAKSIKAN OLEH SUTRADARA, MENCOBA MELAKUKAN LATIHAN TERAKHIR. IA MEMBAWAKAN ADEGAN YANG DRAMATIS. IA MEMERANKAN TOKOH YANG PANIK MENYAKSIKAN PEMBUNUHAN ITU. IA BERUSAHA MATI – MATIAN MENGEKSPRESIKAN SELURUH KEPANIKANNYA. IA TERBELALAK, MENJERIT, JATUH, GEMETAR, BERLARI, SEPERTI ORANG KEHILANGAN AKAL, LALU KEMBALI KE TONG SAMPAH, SAMBIL MENGELUARKAN POTONGAN TUBUH TADI, LALU MENJERIT, MENANGIS, MERATAP, DAN MEMBENTUR. MENGULANG – ULANG ADEGANNYA ITU TETAPI SUTRADARA TAMPAKNYA TIDAK PUAS. AKHIRNYA SI SUTRADARA KECEWA DAN MENINGGALKANNYA SENDIRIAN. AKTOR ITU PUTUS ASA, LALU MELAKUKAN KONSENTRASI DENGAN MEMBARINGKAN DIRINYA DIBANGKU HALTE.

ENTAH BAGAIMANA ASAL-MUASALNYA SEORANG PEMULUNG YANG TUA BANGKA MEMASUKI GEDUNG PERTUNJUKAN. DENGAN KALEM SAJA IA MENGAMBIL PUNTUNG-PUNTUNG ROKOK DARI ARAH PENONTON. IA JUGA MENGUMPULKAN BEBERAPA BARANG BEKAS YANG DITEMUKANNYA DISELA-SELA KURSI. KADANG KALA IA MENGAMBIL TAS ATAU SEPATU PENONTON, TETAPI KEMUDIAN MINTA MAAF. SAMPAI DIPANGGUNG IA TERUS MASUK KARENA MERASA ADALAH HALTE BUS SESUNGGUHNYA. IA MEMANDANGI AKTOR YANG ISTIRAHAT ITU SAMBIL MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA.
Payah! Payah! Kaya itu bagus. Tapi kaya uang tidak cukup. Buat apa kaya kalau pretelan seperti ini. Istri tua setia tapi saying sudah peot. Yang muda cari seneng belanja melulu. Makanan-makanan enak tidak sedep lagi, karena badannya penyakitan. Anak cucunya mengerogoti. Semuanya bikin pusing. Kita jadi tong sampah. Kaya seperti itu aku emoh. enakan juga jadi gelandangan.

Kaya duit tok itu sebetulnya sama dengan bui, Mas. Yang menikmati kekayaan bukan kita, tetapi orang-orang disekitar kita, anak- anak dengan semua teman-teman dan susah ditangkap karena mereka hambur-hamburan ditempat begituan. Yang enak Cuma keluarga dan para tetangga. Segala tetek-bengek lha kok ditumpahkan jadi tanggung jawab kita mentang-mentang kita mampu. Masak sampai urusan celana dalam pun jadi kita yang mikirin. Lho itu pengalaman.

Kenalan-kenalan tiap hari datang berlomba-lomba mengaku pernah berjasa. Belum lagi yayasan-yayasan sosial dengan sedala macam mulut manis minta sumbangan untuk kepentingan masyarakat, padahal duitnya dimakan pribadi pegawai-pagawainya. Kaya seperti itu berat, aku emoh. Enakan jadi pemulung kaya kita ini. Walaupun dengan penghasilan yang kecil tapi halal, Ya nggak?

SUTRADARA MASUK DAN MINTA PEMAIN ITU PINDAH. PEMAIN ITU MENGANGGUK MENGERTI TAPI DIA MINTA IZIN UNTUK MELAKUKAN KONSENTRASI DI DALAM SET SAJA. PEMULUNG ITU MEMPERHATIKAN DENGAN CEMOOH. LALU IA MELUDAH. KEMUDIAN JUGA MENGELUARKAN INGUSNYA DENGAN SEMENA-MENA.

Lihat, biar miskin tapi mau ngapa-ngapain juga bebas, mau ludah, kentut, ngupil terserah gak ada yang melarang, terserah gak ada yang melarang. Itu enaknya.

TIBA-TIBA PETUGAS PENATA SUARA MENCOBA SUARA SEBUAH MOBIL LEWAT CEPAT YANG TIBA-TIBA MENGEREM. DERIT REMNYA MENGEJUTKAN PEMULUNG ITU. IA MELOMPAT TAK KARUAN

Eeee mentang-mentang naik mobil, kamu sudah gila ya. Di jalan aksimu bukan main, sampai dirumah juga aku berani sumpah kamu ngeper depan istrimu, nekuk rapet kayak lututku kalau lagi buang air besar di kali. Orang-orang yang suka eksien kaya gitu, biasanya karena di rumahnya tidak punya kekuasaan, eee di jalanan jadi pelampiasan, aku diserempet, memangnya aku babumu apa!, god verdom juga kamu kalau gitu. Kampret! Monyet lho! Babi kamu ya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!

KEMBALI MEMANDANGI LELAKI ITU

Cuma kaya duit seperti ini rugi Mas. Duit itu bukan kekayaan tapi beban. Semua emas, intan-berlian yang kita uber puluhan tahun dengan darah, nanah, air mata dan daging sepetak diselangkangan ini, ma’af ya. Setelah ditangan, berubah jadi racun. Umpamanya itu lho, wanita genit yang bikin kepingin waktu tidak mau, tapi kontan jadi kosong-melompong setelah menyerah. Itu kan sudah pengalaman. Betul, gaya seperti itu aku emoh. Mendingan juga jadi kere (menunjuk ke penonton) seperti ente-ente itu. (ketawa) Ma’af ya, kalau ada yang bener-bener kere disitu.

MENGELUARKAN HASIL KERJANYA DARI KERANJANG. ANTARA LAIN NAMPAK KUTANG WANITA.

Masih bagus kok dibuang? Zaman edan memang yang bagus-bagus dibuang, yang sudah robek dipakai. Lumayan ini. (MEMAKAIKAN KUTANG ITU DI BADANNYA) Gede sekali ukurannya, ini tetek raksasa kali. Teteknya butho Sarpakanaka. Itu lho mas, yang bagus itu, kaya di dalam batin. Kaya yang jauh di dalam sini, begitu. Tanggungan segede tiang jalan layang itu juga besarnya seperti paha perawan saja. Bener. Nanti kepala seger saja terus. Satu hari pasti penuh 24 jam. Lain kalau menerima kaya uang, satu hari paling banter hanya tinggal satu malam. Semua juga habis buat ngurus keperluan orang lain. Kayanya untuk nahan sakit. Kan rugi. Mendingan juga kagak berduit kayak kita ini, tapi masih bisa kumpul kebo. Gigi atas sama gigi bawah masih lengkap, kalau mau tancap gas gampang. Darah masih kentel. Kita masih rakus, belum takut kalah. habis ngapain lagi. Duit itu kan untuk hidup, bukannya kita hidup untuk duit. Ihhhhhhh jangan. Itu kaya salah kaprah. Bagi rokoknya dong.
MENGELUARKAN SEPATU WANITA. KEMUDIAN CELANA DALAM WANITA.

Lho yang beginian juga kok dibuang. Orang tidak bisa menghargai barang sekarang. Itulah kalau tuman sudah menyembah duit, lain dengan dulu.

MEMAKAI SEPATU DAN CELANA DALAM ITU LANGSUNG.

Masih enak dipakai kok dibuang. Kaya mesti cari kaya yang bener. Kekayaan yang bisa tumbuh. Nambah terus seperti gigi. Itu baru kaya sejati. Kekayaan yang hidup, yang langgeng itu didalam diri. Kita akan selalu di depan, memimpin, menentukan dan menjadi panutan bagi yang lain. Yang lain maju satu langkah, kita meloncat bukan dua tapi seratus langkah. Orang lain bertahan, kita terus peras otak, mendaki,mendaki,mendaki. Karena kekayaan bathin itu tidak pernah berkurang. Itu baru kaya, Mas. Tidak jadi begini, kaya tapi berantakan. Ini namanya kaya monyet.

KETAWA. IA MENGELUARKAN SEBUAH TAS WANITA MEMBUKA ISINYA. TERNYATA GINCU. IA MENGOLESKANNYA DI BIBIR TEBAL-TEBAL.

Orang kaya duit itu biasa. Kaya di dalam jiwa itu baru berita. Tapi, jangan lupa. Sekarang “orang kaya” itu banyak caranya. Tidak semua karena usaha. Ada yang kaya karena usaha. Ada yang kaya karena warisan. Ada yang kaya karena mencuri. Memang semuanya kaya, tapi hanya yang betul-betul kaya dengan jalan yang bener akan bisa bertahan sampai mati. Seperti saya inilah, contohnya.

IA SEDIKIT MENYANYI-NYANYI, LALU KAGET KARENA MENEMUKAN BEBERAPA BIJI KONDOM. IA LANGSUNG MENIUP KONDOM ITU SEHINGGA JENJADI PELEMBUNGAN.

Buat apa kaya kalau hanya sebentar. Kaya itu mesti seketurunan. Jangan kuper. Kalau pergaulannya hanya bakul-bakul jamu dan makelar kodok ya kayanya juga tidak berkelas. Ya begini ini. Kelihatan saja kaya, tapi batinnya kere. Ruang lingkup sempit. Wilayah jelajah hanya sebatas dengkul. Kalau oto ini singkatnya oppelet,kalau rumah sakit, ini hanya tingkat puskesmas. Wawasan terbatas. Hanya berkutat soal kerbau dan panen palawija. Duit memang lebih tinggi dari puncak himalaya. Mobil boleh satu lapangan parkir. Luas tanah sampai pegel ngitungnya. Tapi semua itu kelas kampung. Digeber di pengadilan akhir, langsung di bawa ke hati nurani, kontan rontok. Segala kekayaan amblas tak bertenaga, keder dan tak berguna. Orang kaya kampungan seperti ini akan disikat di abad 21. Nggak ah, moh aku!

MENEMUKAN ROKOK. MEROKOK. LALU MENYULUT PELEMBUNGAN KONDOM ITU DENGAN ROKOKNYA HINGGA PECAH.

Yang kaya yang bertahan mulia adalah yang memiliki pekerti halus pada sesama manusia. Misalnya pada orang seperti aku ini. Kasih kek barang satu milyar begitu, atau beri aku proyek. Aku juga mampu kalau dikasih kesempatan. Coba disuruh apa aku ini? Gertak-gertak tukang-tukang becak? Bakar pemukiman kumuh? Ngancem perantauan itu? Bilang saja jangan sungkan-sungkan sama kita saja kok repot.

MENGELUARKAN BAJU WANITA DARI KERANJANG LALU MEMAKAINYA.

Ini baju siapa lagi di sini. Baunya masih harum begini kok dibuang. Kok diem saja. Rokok sajalah sebatang, masak tidak ada? Udud!

IA MEMPERHATIKAN ORANG ITU. LALU MENGGELENG KESEL.

Payah!

MENGELUARKAN YURK WANITA DAN KEMUDIAN MEMAKAINYA.

Kalau tidak kaya jangan pura-pura kaya lhu Brengsek!

MENEMUKAN WIG DAN MEMAKAINYA.

Ayo ngalih! Jangan tiduran disitu, itu tempat tidur gua. Pigi sana, cari tempat lain! Eeeeee, bandel! Bangsat, cepat pergi! Itu tempat gue!

MENGAMBIL TAS KEMBALI DAN MEMERIKSA SEKALI LAGI. IA MENEMUKAN SEBUAH KACAMATA WANITA YANG BESAR. LANGSUNG MEMAKAINYA.

Ngalih!

MENEMUKAN TOPI LALU MEMAKAINYA.

Anjing!

MEMASUKKAN TANGANNYA KEMBALI KE DALAM KERANJANG, MENCARI-CARI.

Apa?

MENGELUARKAN SESUATU DARI KERANJANG. TERNYATA TANGAN MANUSIA. YANG MASIH MENGUCURKAN DARAH HABIS DIPOTONG.

Lho, ini kok dibuang juga?

MEMASUKKAN TANGANNYA KEMBALI. LALU MENGELUARKAN. TERNYATA KAKI YANG MASIH BERDARAH HABIS DIPOTONG. MENGAMATINYA.

Gile! Beginian, tidak ada yang jual kok dibuang-buang! Ini punya kamu ya?!

MENGELUARKAN SEBUAH KEPALA. MELIHAT KEPADA PENONTON.

Nih lihat! Kalau Cuma kaya duit jadinya begini, kalau sudah mati tidak ada lagi yang peduli!

MENGANGKAT KEPALA ITU MEMUKUL YANG TIDUR. SEHINGGA YANG TIDUR TERJAGA. LANGSUNG GELAP.

LALU LAMPU TERANG LAGI PERLAHAN-LAHAN NAMPAK AKTOR ITU DUDUK SAJA DI DALAM HALTE, DEKAT TONG SAMPAH, TIDAK MELAKUKAN APA-APA. TETAPI MUKANYA NAMPAK SANGAT. INTENS. IA BEGITU MENGHAYATI PERISTIWA ITU. IA TAK MAMPU MELAKUKAN APA-APA, MENGATAKAN APA-APA.

LAMPU PADAM KEMBALI PERLAHAN-LAHAN. TEPUK TANGAN YANG HEBAT.

DAN SETERUSNYA.
Kyoto, Januari 1992, 21 Oktober 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar